Sampai saat ini, pembicaraan menyangkut dunia
kemahasiswaan sudah sering kali diadakan, baik dalam bentuk ceramah, diskusi,
seminar, atau lainnya. Hal ini menunjukkan, bahwa dunia kemahasiswaan itu masih
tetap diharapkan peranannya dalam kehidupan masyarakat pada saat ini dan masa
yang akan datang. Hal lain yang tersirat dari banyaknya pembicaraan itu adalah
bahwa mahasiswa juga harus memformulasikan kembali keberadaannya di tengah
kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Hal ini terlihat di mana
kecendrungan pemahaman dan sikap mahasiswa terhadap masalah-masalah
kemasyarakatan dan politik yang tampak semakin apatis dan semakin menjauh.
I.
Situasi dan Kondisi Kemahasiswaan Saat ini.
Menilik
situasi dan kondisi saat ini, mungkin kita harus jujur, bahwa siituasi
kemahasiswaan saat ini secara umum sangat kurang dinamis, cenderung jalan di
tempat, bahkan mundur (apatis). Terkadang situasi mahasiswa memang menunjukkan
situasinya yang ideal yaitu penuh gairah dalam turut serta aktivitas akademis
sekaligus aktivitas ekstra-universiter. Namun terkadang keseimbangan peran
mahasiswa tersebut sangat pincang. Sedangkan kondisi mahasiswa saat ini, belum
lagi dapat menunjukkan dirinya sebagai mahasiswa yang sesungguhnya, karena mahasiswa
saat ini sudah terkondisikan sedemikian mungkin sehingga merasa tak perlu lagi
memikirkan masalah-masalah di luar perkuliahan secara lebih serius.
Secara
umum, situasi dan kondisi mahasiswa Indonesia tidak lagi menggambarkan situasi
dan kondisinya dahulu yang ideal, di mana mahasiswa sadar akan kebesaran
potensinya yang kritis. Sepertinya, "Gerakan Moral" yang digelar oleh
mahasiswa Indonesia di Era 60-an 70/80-an 90-an, menjadi episode akhir yang
secara kritis dapat menawarkan keinginan untuk mengontrol dinamika kehidupan
bernegara kita. Pada era Orde Baru di mana "pengebirian" gerakan
mahasiswa yang klimaksnya terjadi pada saat digelarkannya NKK/BKK ke seluruh
institusi perguruan tinggi Indonesia.
Reformasi
tahun 1998 yang berhadiahkan demokrasi seakaan meninahbobohkan dan menyurutkan
semangat juang mahasiswa dalam mengontrol, mengkritisi Pemerintah yang sedang
berkuasa. kecendrungan ini lebih terlihat ketika ruang dialektika berpindah ke
karaokean, tempat-tempat hiburan dll.
permasalahan
mendasar saat ini adalah bagaimana sisi dan bentuk gerakan mahasiswa Indonesia
Kini, sehingga "Balance of Power" untuk mewujudkan demokrasi
Pancasila, Indonesia yang kita cita-citakan, bersih dari penyakit-penyakit
kronis dapat dimainkan?? Selain itu bagaimana peran mahasiswa dan perguruan
tinggi dalam memberikan dukungan moral bagi usaha perubahan sosial?? Secara
situasional, perjuangan mahasiswa mengalami kesulitan untuk mencari
keseimbangan antara studi, partisipasi dalam pembinaan kelembagaan
kemahasiswaan dan peran sosial sejalan dengan Tridharma Perguruan Tinggi yang
sejak dahulu dikumandangkan oleh mahasiswa. Terutama sekali menyangkut
pengembangan/pengayaan kepribadian, pembentukan karakter mahasiswa itu sendiri.
pertanyaan
reflektif kita:
Mungkinkah
seorang mahasiswa bila kelak/telah menyandang kesarjanaan/diplomanya, siap
untuk terjun langsung di masyarakat yang sarat akan kompleksitas persoalanya
tanpa ditempa/berlatih terlebih dahulu melalui keterlibatannya selagi menjadi
mahasiswa untuk peka terhadap persoalan kemasyarakatan??
Di
sisi lain, mahasiswa dalam kondisinya saat ini, sadar atau tidak sadar
cenderung terlena dalam sistem pendidikan yang ada. Sistem Kredit Semester
(SKS) yang dinilai handal untuk memenuhi kebutuhan pembangunan, nyatanya masih
membingungkan mahasiswa itu sendiri. Bahkan tidak sedikit yang terkooptasi
dalam pola pikir.
"datang,
absen, kuliah dan pulang lalu mengerjakan tugas dari dosen supaya dapat nilai
"A". Namun, setelah dapat nilai "A" selanjutnya mau
apa?"
Tidak
banyak mahasiswa yang secara jujur dapat menjawab pertanyaan tersebut. Tentunya
hal demikian tidak diharapkan dari sistem yang berjalan sampai saat ini. dan
ini sungguh terjadi.
belum
lagi untuk menjawab tantangan-tantangan di era pasar bebas yang kompetitif dan
menuntut kemampuan lebih dari sekedar gelar akademis.
II.
Peran dan Tantangan PMKRI di tengah Dunia Kemahasiswaan Saat ini.
PMKRI
yang juga adalah organisasi kemasyarakatan kepemudaan/kemahasiswaan yang secara
kritis, rasional, obyiektif dan terus-menerus meperjuangkan pembaharuan,
perubahan serta pembangunan moral dan spiritualitas yang berdampak sosial bagi
kehidupan menggereja, bermasyarakat dan berbangsa. Peran anggota dan pengurus
adalah menjadi "garam dan terang" Katolik atau PMKRI. Peran tersebut
dicerminkan dalam segala aspek-aspek pembanguna dewasa ini. Peran PMKRI sudah
tentu juga mencerminkan peran umat Katolik pada umumnya.
Tantangan-tantangan
yang dihadapi PMKRI saat ini dan di masa-masa yang akan datang adalah bagaimana
PMKRI mempertahankan dan meningkatkan integritasnya secara lebih obyektif dan
konstruktif di tengah-tengah masyarakat. Seperti halnya isu/kejadian-kejadian
yang terjadi belakangan ini yang sifatnya melemahkan posisi tawar umat Katolik
secara umum atau PMKRI secara khusus adalah tantangan terbesar sepertinya akan
terus dihadapi PMKRI.
Secara
kuantitas umat Katolik memang seolah terposisikan pada posisi minor. Namun hal
tersebut bukanlah tantangan besar, karena sesungguhnya kuantitas umat
Katolik-lah yang sejak dahulu menjadi sumbangan terbesarnya bagi pembangunan
kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Ini harus kita refleksikan dan
realisasikan setiap saat karena bila tidak peran kita akan sangat minim bahkan
bertambah kecil lagi.
0 komentar:
Posting Komentar